Senin, 09 Agustus 2010 00:05:38

MUI Temukan Beberapa Fakta Tentang Mbah Priok

MUI Temukan Beberapa Fakta Tentang Mbah Priok

Beritabatavia.com - Berita tentang MUI Temukan Beberapa Fakta Tentang Mbah Priok

Setelah selama dua bulan melakukan kajian mendalam dengan melibatkan berbagai ahli sejarah, forensik, arkeolog dan sosial budaya, Tim Pengkaji Kasus ...

MUI Temukan Beberapa Fakta Tentang Mbah Priok Ist.
Beritabatavia.com - Setelah selama dua bulan melakukan kajian mendalam dengan melibatkan berbagai ahli sejarah, forensik, arkeolog dan sosial budaya, Tim Pengkaji Kasus Makam Eks TPU Dobo yang dibentuk Majelis Ulama Indonesia (MUI) akhirnya menemukan beberapa fakta keliru mengenai keberadaan dan praktek keagamaan yang selama ini terjadi di Makam Habib Hasan Al-Hadad atau yang lebih dikenal dengan sebutan Makam Mbah Priok.
Fakta itu ditemukan setelah tim melakukan penelitian secara menyeluruh mulai dari sisi sejarah, keagamaan, maupun keberadaan makam itu sendiri. Tim menyimpulkan, kekeliruan yang muncul disebarkan oleh ahli waris makam seperti yang tercantum dalam Risalah Manaqib versi ahli waris kepada peziarah yang datang.
Ketua Tim Pengkaji Kasus Makam Eks TPU Dobo, KH M Safii Mufid, menyatakan, penelitian yang dilakukan berdasarkan pada prinsip ilmiah yang ketat dengan menyaring informasi dan verifikasi. Sehingga kesalahan yang terjadi pun dapat diminimalisir. Namun pihak ahli waris selama ini tidak pernah hadir, meski selalu diundang. Belum ada masukan dari pihak ahli waris, karena setiap diundang mereka tidak pernah hadir. Meski begitu kami tetap mencari data dan informasi dari lapangan, ujar Mufid saat menggelar jumpa pers di Islamic Center, Koja, Senin (9/8).
Ia mencontohkan, salah satu kesalahan dalam manuskrip yang sudah tersebar di masyarakat serta media massa sejak insiden Koja 14 April lalu ialah, terdapat kesalahan mendasar pada tahun kelahiran dan kematian Habib Hasan Al-Hadad di mana tertulis tahun 1727 dan meninggal dunia pada tahun 1756. Padahal yang benar, tahun kelahirannya tahun 1847 dan meninggal dunia pada tahun 1927, jelasnya.
Mengenai riwayat hidup Habib Hasan Al-Hadad dalam manuskrip itu dinyatakan sebagai seorang da’i atau mubaligh serta turut menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Namun, berdasarkan data yang didapat, ternyata Habib Hasan hanyalah seorang yang bekerja sebagai awak kapal dagang milik salah seorang pelaut waktu itu bernama, Sayyid Syech bin Agil Madhij. Jadi tidak didasari oleh fakta yang bisa dipertanggungjawabkan, ucapnya.

Kultus Berlebihan Terhadap Mbah Priok

Sedangkan dilihat dari sudut keyakinan dan praktik keagamaan yang dilakukan di Kompleks Eks Pemakaman TPU Dobo, lanjut Mufid, selama ini dinyatakan, terdapat beberapa penyimpangan yang dilakukan para pengelola (juru kuncen) terhadap ajaran Islam dengan menyebutkan Habib Hasan Al-Hadad sebagai Wali Allah. Sehingga ada kultus yang berlebihan terhadap keberadaan Makam Habib Hasan bin Muhammad Al-Hadad ini, ungkap Mufid.
Kultus yang berlebihan itu juga dapat dilihat dari keharusan bagi para peziarah untuk berpakaian serba putih dan dilarang menggunakan celana panjang saat mengunjungi makam tersebut. Bahkan, ketika meninggalkan makam pun, pengunjung diharuskan melangkah mundur dan dilarang memalingkan wajahnya dari lokasi makam yang berada di hadapannya. Selain itu, juga soal keyakinan air mineral yang dibawa ke dalam makam dapat membawa berkah dan air dalam makam nilainya sama dengan zam-zam di Makkah, itu terlalu berlebihan, tuturnya.
Beberapa materi ceramah yang didengarkan kepada pengunjung yang salah satunya mengungkapkan, kalau Mbah Priok akan hadir bersama dengan para jamaah dari kematiannya dinilai terlalu berlebihan dan dinilai lebih memuliakan keberadaan makam itu dibandingkan dengan Ka’bah di Mekkah. Bahkan kalau kita mati katanya kita akan dijemput oleh Habib Hasan dan Rasulullah SAW. Itu juga tidak benar, tegasnya.
Karena itu, agar tidak lagi terjadi kesalahahpahaman di masyarakat, pihaknya meminta kepada pemerintah untuk segera melakukan penjernihan sejarah. Mulai dari tahun kelahiran dan kematian Habib Hasan Al-Hadad hingga sebutannya sebagai penyebar agama Islam di Batavia harus dijelaskan. Termasuk penyebutan toponomi Tanjung Priok yang bukan saja asing dalam mitologi orang Betawi, tetapi juga historis kebenaran faktualnya tidak dapat diterima.
Rekomendasi yang paling utama yakni, dengan melakukan penulisan ulang dan sosialisasi kepada masyarakat ke dalam sebuah tulisan yang dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga dapat menggantikan risalah yang telah disebarkan oleh pengelola makam. Ini perlu dijernihkan, dan ke depan kami akan menerbitkan buku putih dari MUI, tambahnya.
Atas pengumuman yang disampaikan Tim Pengkaji Kasus Makam Eks TPU Dobo, Dirut PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II, Richard Jose Lino, menyatakan segera menjalankan rekomendasi yang diberikan oleh MUI. Diantaranya, dengan membangun monumen Habib Hasan Al-Hadad di atas lahan Eks TPU Dobo, Koja, serta membangun tempat ziarah di makam Habib Hasan Al-Hadad yang kini sudah dipindahkan ke TPU Budhidarma, Cilincing. Semua biaya akan tanggung oleh Pelindo II baik untuk pembangunan monumen maupun tempat ziarah di TPU Budhidarma Semperbarat, tandas Richard. O bjc/brn

Berita Terpopuler
Berita Lainnya
Sabtu, 11 Februari 2023
Rabu, 14 Desember 2022
Sabtu, 19 November 2022
Jumat, 17 Juni 2022
Selasa, 19 April 2022
Senin, 18 April 2022
Rabu, 13 April 2022
Senin, 07 Maret 2022
Sabtu, 26 Februari 2022
Senin, 21 Februari 2022
Jumat, 18 Februari 2022
Kamis, 17 Februari 2022